Sosial media
merupakan buah dari kemajuan teknologi yang membawa manusia pada kemudahan
berkomunikasi. Sosial media pertama-tama bertujuan untuk memudahkan manusia
dalam menjalin relasi. Dengan penggunaan sosial media, relasi antar individu
tidak lagi tersekat oleh jarak geografis. Dengan adanya kemudahan dalam
pengembangan relasi, aspek-aspek hidup manusia lainnya juga berkembang, seperti
bisnis (online shop), diskusi-diskusi
dalam upaya mengemukakan pendapat atau ide, dan sebagai usaha pemantik grakan
sosial.
Akan tetapi, perkembangan sosial
media juga membawa dampak negatif dalam kaitannnya dengan relasi antar
individu. Dalam realitas kita dapat menjumpai bagaimana orang dengan mudahnya
melemparkan kritik yang tidak bertanggungjawab, pencemaran nama baik,
mengganggu privasi orang lain, dan juga teror. Realitas tersebut menunjukkan
bahwa kemudahan dalam menjalin relasi dalam penggunaan media sosial terkadang tidak
mengindahkan aspek etika.
Penulis
berasumsi bahwa etika layaknya dalam hidup sosial juga tetap menjadi bagian
penting dalam relasi di dunia maya. Oleh karena itu, pertanyaan kritis yang
menjadi pisau bedah tulisan ini adalah: Bagaimana etika dalam menggunakan media
sosial? Kita akan menjawab pertanyaan kritis-reflektif ini dalam kerangka
pemikiran etika Aristoteles.
Etika Aristoteles
Aristoteles adalah seorang filsuf
yang hidup di zaman Yunani Kuno. Aristoteles menulis etikanya dalam pembahasan
tentang hidup yang baik. Karya Aristoteles tentang etika tersebut ditulis dalam
kerangka hidup sosial. Kehidupan yang baik tercapai lewat usaha memandang
tujuan hidup yang paling tinggi yaitu "kebahagiaan". Tujuan hidup
tersebut tercipta
lewat realisasi rasio dan kearifan sebagai keutamaan untuk bertindak secara
tepat (phronesis). Kemampuan phronesis berkembang lewat pembiasaan
hidup etis dalam relasi dengan sesama dalam masyarakat.
Phronesis
tercapai lewat partisipasi dalam hidup bersama. Hal ini sungguh berkaitan
dengan pandangan Aristoteles bahwa manusia adalah mahkluk sosial (zoon politicon). Dalam hal inilah
relasi menjadi kunci penting dalam mencapai kebahagiaan pribadi, sebab relasi
menjadi wadah dalam pembiasaan hidup etis. Pembiasaan hidup etis untuk mencapai
kebahagiaan pribadi tidak pernah lepas dari upaya untuk membentuk kebahagiaan hidup bersama sebagai
tujuan tertinggi. Melalui relasi yang didasari kemampuan pribadi dalam
bertindak secara tepat, maka kebahagiaan pribadi dan bersama dapat tercipta.
Etika Aristoteles dan Sosial Media
Dalam perspektif etika Aristoteles,
ada beberapa hal yang bisa kita gagas dalam menjawab pertanyaan bagaimana etika
dalam menggunakan sosial media.
Pertama,
aspek membangun relasi yang baik dalam penggunaan sosial media perlu
ditekankan. Relasi yang baik berkaitan dengan norma-norma sebagai sumber dari
nilai. Membangun relasi yang baik melalui kepatuhan norma ini menjadi bagian
penting dalam pembiasaan etis menuju pribadi yang baik. Seperti yang telah
ditekankan oleh Aristoteles pembiasaan berelasi secara etis, termasuk dalam
penggunaan sosial media, hendaknya memang selalu mengacu pada pengembangan
sikap pibadi sebagai mahkluk sosial.
Kedua,
etika dalam media sosial tidak ubahnya bagaimana kita memilih suatu tindakan
yang tepat berdasarkan kearifan. Relasi yang begitu terbuka dan mudah dalam media
sosial tetap bersumber dari kearifan mengembangkan relasi yang baik serta
membangun kepribadian sesama. Pada titik ini, penggunaan sosial media untuk
pencemaran nama baik dan kritik yang bermaksud menjatuhkan dengan tertuju pada
pembunuhan karakter adalah contoh tindakan yang tidak etis. Aristoteles
menuliskan etikanya dalam konteks politis, artinya, kehidupan yang baik
merupakan tujuan yang bersifat reciprocal
(timbal balik) antar sesama manusia. Melalui tindakan reciprocal ini, setiap manusia dapat saling mengembangkan diri
dalam hal keutamaan-keutamaan sebagai mahkluk sosial.
Ketiga, kesadaran akan etika dalam media
sosial tentu akan secara koletif mengarahkan pada terciptanya relasi yang
dewasa dan membangun kehidupan bersama. Inilah level kehidupan baik untuk diri
sendiri dan kehidupan bersama itu. Ketika setiap orang menghayati etika
berelasi dalam menggunakan media sosial, maka kebaikan bersama akan tercipta.
Dalam hal ini, sosial media sungguh-sungguh telah digunakan sebagai sarana
aktif dalam menunjang dimensi hidup bersama, bukan hanya sebagai tempat untuk
menunjukkan eksistensi diri. Sosial media menjadi bagian penting dalam hidup
sosial apabila setiap penggunanya mampu menggunakannya secara bijak,
misalnya sebagai tempat untuk mengutarakan pendapat tentang permasalahan umum,
atau menjadi sarana diskusi keilmuwan dalam upaya mengembangkan kesejahteraan
bersama.
SUMBER BACAAN:
ARISTOTELES, Nicomachean Ethics Sebuah “Kitab Suci”
Etika, terj. Embun Kenyowati, Penerbit Teraju, Jakarta, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar