Kemenangan dari kebaikan akan selalu menjadi akhir dala semua
cerita—cerita kehidupan di dunia ini. Sebab, ada secarik alasan pasti untuk
yang menjadi dasar untuk realita tersebut: Sang Maha Pencipta adalah baik
adanya, dan Dia menciptakan dunia dengan kepenuhan kebaikan-Nya. Kejahatan
adalah suatu keadaan di mana kebaikan itu berkurang (bahkan hilang) karena
prinsip-prinsip yang tidak berasal dari kebaikan-Nya; yaitu yang berasal dari
kehendak bebas manusia. Kehendak bebas manusia adalah sumber dari segala
kejahatan. Akan tetapi, sebagai ciptaan, manusia adalah mahkluk yang spiritual
secara kodrati. Maka, manusia perlu untuk memurnikan diri agar mampu mencapai kebersatuan
kembali dengan Dia—yang adalah sumber dari segala kepenuhan kebaikan.
Kisah “Arok Dedes” karya Pramoedya
Ananta Toer menginspirasi kita untuk mencapai tujuan hidup kita dengan
cara-cara yang baik dan benar. Kita perlu ingat bahwa tujuan yang ingin kita
capai dapat dinilai baik dan benar apabila cara yang kita gunakan juga benar. Tokoh
Akuwu Tumapel dalam kisah roman ini, Tunggul Ametung, menggambarkan seorang
yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu
melanggengkan kekuasaan. Namun, kita juga harus melihat tokoh Belakangka yang ternyata
juga menjadi faktor yang mendukung tindakan Tunggul Ametung. Bahkan, ia juga
memiliki rencana tersendiri untuk menggulingkan Tunggul Ametung.
Di sisi lain, kita bisa melihat
tokoh Arok dan Dedes. Mereka berdua memiliki kesamaan, yaitu berjuang untuk
mewujudkan keadaan yang lebih baik bagi orang banyak. Meskipun dianggap sebagai
penjahat, Arok berusaha untuk membela kepentingan rakyat yang ditindas oleh Tunggul
Ametung. Di sisi lain, kita bisa melihat kegigihan Dedes yang terus berniat
mengembalikan kehormatan kaum Brahmana—walaupun ia telah mendapat penolakan
dari ayahnya sendiri, Empu Parwa.
Dalam rangkaian cerita, Arok mampu
menampilkan sosok pemimpin yang begitu disegani, tegas, dan mau berkorban. Dengan
ilmu pengetahuuan kecerdikannya, Arok berhasil menegakkan kebenaran dan
kehormatan Syiwa. Meskipun demikian, ia tetap menghormati semua penganut agama.
Baginya, dharma kepada dewa masing-masing harus tampak dalam dhrama kepada
sesama yang berbeda satu sama lain. Sosok Arok ini memberikan gambaran kepada
kita untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja, sebab Tuhan juga ada pada
saudara kita yang paling hina sekalipun. Tindakan inilah yang mampu menjadikan
kita kembali dekat dengan-Nya—sumber segala kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar