Halaman

Jumat, 22 Juni 2012

MOTIVASI DALAM BEREKSPLORASI


Oleh: Robertus Theo Elno Respati

Kita nggak bakal bisa kaya Einstein,  Thomas Aquinas atau juga Ki Hajar Dewantara, tanpa perjuang, rajin belajar yang penuh dengan daya eksploratif.
            Perkembangan zaman yang sangat pesat dengan kemajuan teknologi yang menggagumkan semakin memudahkan manusia dalam menjalakan kehidupan sehari-hari. Hal ini ini dapat dilihat dari kemajuan teknologi telepon seluler atau handphone dan internet. Saat ini, manusia tidak perlu lagi bersusah-susah untuk berkomunikasi jarak jauh. Melalui telepon seluler atau handphone dan internet, manusia dapat berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan cepat meskipun di belahan dunia yang berbeda. Pencapaian yang menggagumkan ini, tentu melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Manusia harus terus-menerus mencari hingga mencapai hasil yang diinginkan. Proses pencarian inilah yang disebut eksplorasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata eksplorasi berarti penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber-sumber alam yang berada di tempat itu. Dalam Bahasa Latin kata eksplorasi berasal dari kata exsplorare yang berarti menjelajahi; mencari; memeriksa; menyelidiki (kebaikanya, kekuatannya dsb); menyelami; menduga; menguji; menjajal. Jadi eskplorasi bukan hanya mencari tetapi juga menjelajah, memeriksa, menyelidiki, menyelami, menguji dan menjajal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.
           
Pada dasarnya manusia selalu bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Menurut Doni Koesoema dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter, manusia selalu merasa kurang puas dengan hasil yang telah dicapainya. Namun, dalam hidup sehari-hari sering dijumpai manusia yang sudah merasa puas dengan hasil yang telah dicapainya dan tidak berusaha mengembangkannya. Misalnya, seorang murid sudah merasa puas dengan pengajaran gurunya. Padahal masih banyak sumber-sumber yang dapat memperkaya pengetahuannya seperti buku-buku, internet atau pengalaman hidup. Hal ini, menunjukkan kurangnya semangat untuk bereksplorasi. Eksplorasi bukan semata-mata mendapat hasil yang baik dan mengatakan cukup. Akan tetapi, usaha untuk terus-menerus mencari dan menjelajahi hingga mencapai batas kemampuan. Dengan eksplorasi juga dapat memunculkan penemuan baru. Para penemu-penemu seperti penemu bolam lampu Thomas Alfa Edision tentunya juga melakukan eksplorasi untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan berkat penemuan-penemuan-penemuan mereka, hingga saat ini manusia masih terus bereksplorasi untuk mengembangkan penemuan mereka.
            Semangat untuk berekplorasi muncul karena adanya pendukung atau motivasi. Dalam buku berjudul Optimalisasi Media Pembelajaran karya A. Kosasih, motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya pendorong untuk melakukan sesuatu. Dalam berekplorasi pun juga demikian, tanpa adanya motivasi tentunya semangat untuk berekplorasi kurang. Motivasi penting untuk mendukung dalam berekplorasi. Akan tetapi kadang motivasi ini dapat hilang ketika menemukan kesulitan dalam berekplorasi. Misalnya, seorang murid yang ingin meneliti tentang terbentuknya pelangi. Murid tersebut mencari tahu tentang bagaimana proses terbentuknya pelangi, namun tidak menemukannya. Akhirnya murid tersebut merasa putus asa dan mengakhiri penelitiannya. Padahal, kesulitan dalam berekplorasi merupakan tantangan bukan malah menjadi hambatan. Dengan tantangan tersebut, tentunya murid tersebut harus lebih giat lagi dalam mencari dan menjelajah. Sumber-sumber dalam berekplorasi tidak hanya terbatas pada buku saja melainkan semua sumber yang dapat memberikan informasi seperti internet, pengalaman hidup, guru, teman, dan masih banyak lagi. Maka, motivasi dalam berekplorasi penting untuk mendukung dalam proses pencarian dan penjelajah. Segala hambatan dan kesulitan adalah tantangan dalam berekplorasi. (Robertus Theo Elno Respati) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar