Oleh:
Robertus Theo Elno Respati
Kita nggak bakal bisa kaya Einstein, Thomas Aquinas atau juga Ki Hajar Dewantara, tanpa perjuang, rajin belajar yang penuh dengan daya eksploratif. |
Perkembangan
zaman yang sangat pesat dengan kemajuan teknologi yang menggagumkan semakin
memudahkan manusia dalam menjalakan kehidupan sehari-hari. Hal ini ini dapat dilihat
dari kemajuan teknologi telepon seluler atau handphone dan internet. Saat ini, manusia tidak perlu lagi
bersusah-susah untuk berkomunikasi jarak jauh. Melalui telepon seluler atau handphone dan internet, manusia dapat
berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan cepat meskipun di belahan dunia
yang berbeda. Pencapaian yang menggagumkan ini, tentu melalui proses yang
panjang dan tidak mudah. Manusia harus terus-menerus mencari hingga mencapai
hasil yang diinginkan. Proses pencarian inilah yang disebut eksplorasi. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata eksplorasi berarti penjelajahan lapangan dengan
tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber-sumber alam yang
berada di tempat itu. Dalam Bahasa Latin kata eksplorasi berasal dari kata exsplorare yang berarti menjelajahi;
mencari; memeriksa; menyelidiki (kebaikanya, kekuatannya dsb); menyelami;
menduga; menguji; menjajal. Jadi eskplorasi bukan hanya mencari tetapi juga menjelajah,
memeriksa, menyelidiki, menyelami, menguji dan menjajal untuk memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak.
Pada dasarnya manusia selalu
bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Menurut Doni Koesoema dalam
bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter, manusia selalu merasa kurang puas
dengan hasil yang telah dicapainya. Namun, dalam hidup sehari-hari sering
dijumpai manusia yang sudah merasa puas dengan hasil yang telah dicapainya dan
tidak berusaha mengembangkannya. Misalnya, seorang murid sudah merasa puas
dengan pengajaran gurunya. Padahal masih banyak sumber-sumber yang dapat
memperkaya pengetahuannya seperti buku-buku, internet atau pengalaman hidup.
Hal ini, menunjukkan kurangnya semangat untuk bereksplorasi. Eksplorasi bukan
semata-mata mendapat hasil yang baik dan mengatakan cukup. Akan tetapi, usaha
untuk terus-menerus mencari dan menjelajahi hingga mencapai batas kemampuan. Dengan
eksplorasi juga dapat memunculkan penemuan baru. Para penemu-penemu seperti penemu
bolam lampu Thomas Alfa Edision tentunya juga melakukan eksplorasi untuk
mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan berkat penemuan-penemuan-penemuan
mereka, hingga saat ini manusia masih terus bereksplorasi untuk mengembangkan
penemuan mereka.
Semangat untuk berekplorasi muncul
karena adanya pendukung atau motivasi. Dalam buku berjudul Optimalisasi Media
Pembelajaran karya A. Kosasih, motivasi berasal dari kata motif yang artinya
daya pendorong untuk melakukan sesuatu. Dalam berekplorasi pun juga demikian,
tanpa adanya motivasi tentunya semangat untuk berekplorasi kurang. Motivasi
penting untuk mendukung dalam berekplorasi. Akan tetapi kadang motivasi ini
dapat hilang ketika menemukan kesulitan dalam berekplorasi. Misalnya, seorang
murid yang ingin meneliti tentang terbentuknya pelangi. Murid tersebut mencari
tahu tentang bagaimana proses terbentuknya pelangi, namun tidak menemukannya.
Akhirnya murid tersebut merasa putus asa dan mengakhiri penelitiannya. Padahal,
kesulitan dalam berekplorasi merupakan tantangan bukan malah menjadi hambatan.
Dengan tantangan tersebut, tentunya murid tersebut harus lebih giat lagi dalam
mencari dan menjelajah. Sumber-sumber dalam berekplorasi tidak hanya terbatas
pada buku saja melainkan semua sumber yang dapat memberikan informasi seperti
internet, pengalaman hidup, guru, teman, dan masih banyak lagi. Maka, motivasi
dalam berekplorasi penting untuk mendukung dalam proses pencarian dan
penjelajah. Segala hambatan dan kesulitan adalah tantangan dalam
berekplorasi. (Robertus Theo Elno Respati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar