(secuil pengalaman tentang makna keheningan, 21 Desember 2011)
Kita perlu hening. |
Sore ini adalah sore yang amat istimewa. Mengapa? Tidak biasanya aku mendapatkan kesempatan untuk jalan-jalan sore menikmati harum gerimis kota Blitar di kala matahari mulai pamit ke peraduannya. Bahkan, bukan hanya sekedar jalan-jalan, namun aku dan seorang temanku juga dapat traktiran di toko buku dan mini cafe! Mantap nggak tu? Namun, untuk siapa yang memberi traktiran, aku nggak bisa memberi tahu demi keamanan sang pentraktir. Di mini cafe tersebut aku menjumpai kumpulan anak muda yang sedang asyik nongkrong sambil melantunkan lagu-lagu yang menarik. Pikiranku langsung melayang pada fenomena orang-orang di masa ini, khususnya kaum muda, yang seakan takut akan keheningan dan berusaha mencari pelarian pada hal-hal yang hanya membawa euphoria saja.
Keheningan, itulah yang dibutuhkan kita semua pada masa ini. Di tengah kesibukan kita: tugas kantor yang menumpuk, skripsi yang tertunda, sampai pada bos yang menurut kita teramat judes, keheningan adalah “pelarian” yang tepat. Dalam keheningan kita dapat menemukan kembali diri kita yang hanyut dalam padatnya jadwal hidup kita. Keheningan menjadi tempat yang paling nyaman untuk merumuskan dan merefresh kembali rencana-rencana hidup kita.
Yesus pun mengajak kita untuk hening. Seperti yang dilakukan oleh Yesus saat akan mengambil keputusan-keputusan penting, Ia senantiasa menyempatkan diri untuk hening dan berdoa. Dengan demikianlah, Yesus mampu secara total menjalankan seluruh tugas perutusan-Nya. Dari hal itu, Yesus mau mengajari kita tentang makna terpenting dari keheningan dalam hidup kita sehari-hari. Finally, my beloved friends, sudahkah kamu hening hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar