Halaman

Sabtu, 12 Mei 2012

ARTI MELEPASKAN



(sebuah permenungan singkat tentang makna kerelaan, 23 April 2012)

Let it go, and there are so many happiness which will go get after....

            Bila suatu kali kita mendengar kata “melepaskan”, tentu pandangan kita akan tertuju pada bebrapa makna, kehilangan, tak berpunya lagi, atau pun tentang kerelaan. Dan memang, makna pertama dan kedua tentang arti kata “melepaskan” ini adalah yang paling sering orang pikirkan. Akan tetapi, makna “melepaskan” sesungguhnya memiliki esensi dan estetika yang lebih mendalam, yang secara nyata tertulis dalam makna yang ketiga: tentang kerelaan.
            Seorang teman yang beberapa waktu lalu baru saja membuat suatu komitmen untuk menjalani jalan hidup sendiri-sendiri dengan orang yang telah lama ia kasihi, kini air mukanya tampak begitu murung. Tatapan matanya sayu; seakan menyesali sesuatu. Ia tak mampu membendung kekecewaannya pada orang yang selama ini ia kasihi, cuma gara-gara salah foto di akun jejaring sosialnya memampang fotonya dengan orang lain; bukan mereka berdua lagi. Ia sesungguhnya sadar akan komitmen yang telah mereka buat namun satu hal yang ia sesali; mengapa semua berganti begitu singkat? Bangunan komitmen yang awalnya ia rumuskan untuk kebahagiaan bersama, seakan runtuh tak lama setelah bengunan komitmen itu didirikan.
            Nah, teman kita tersebut telah membawa kita pada sebuah pemahaman tentang arti “melepaskan”. Terlihat bahwa teman kita ini belum mampu memahami nilai “kerelaan” dalam “melepaskan”. Tentu semua ini butuh yang namanya pengorbanan dan keberanian, termasuk berani buat sakit hati atau makan hati. Namun dari semua itu, kita akan merasa begitu nyaman dan bahagia bila kita dengan mudahnya “melepaskan”, mungkin saja ceritanya akan berlanjut dengan kisah-kisah bahagia dalam kehidupannya.
            Itulah yang hendaknya kita miliki; arti terpenting dari melepaskan yaitu “kerelaan”. Sebab, sesungguhnya segala sesuatu yang ada pada diri kita bukanlah milik kita secara mutlak, no one has someone; tak ada seseorangpun memiliki orang lain! Maka kita pun harus siap dan rela apabila suatu saat nanti hal-hal yang kita sayangi akan pergi dari sisi kita, termasuk diri kita sendiri loh! Dengan mampu “melepaskan” kita akan semakin memahami saat penting bersama orang-orang yang ada di sekitar kita. Dan dengan demikian inilah, kita akan melihat matahari baru dan menghirup segarnya kehidupan di tiap detik detak jantung kita. (Ferdian Dwi Prastiyo)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar