(sebuah permenungan singkat tentang makna kerelaan, 23 April 2012)
Let it go, and there are so many happiness which will go get after.... |
Bila
suatu kali kita mendengar kata “melepaskan”, tentu pandangan kita akan tertuju
pada bebrapa makna, kehilangan, tak berpunya lagi, atau pun tentang kerelaan.
Dan memang, makna pertama dan kedua tentang arti kata “melepaskan” ini adalah
yang paling sering orang pikirkan. Akan tetapi, makna “melepaskan” sesungguhnya
memiliki esensi dan estetika yang lebih mendalam, yang secara nyata tertulis
dalam makna yang ketiga: tentang kerelaan.
Seorang
teman yang beberapa waktu lalu baru saja membuat suatu komitmen untuk menjalani
jalan hidup sendiri-sendiri dengan orang yang telah lama ia kasihi, kini air
mukanya tampak begitu murung. Tatapan matanya sayu; seakan menyesali sesuatu.
Ia tak mampu membendung kekecewaannya pada orang yang selama ini ia kasihi, cuma
gara-gara salah foto di akun jejaring sosialnya memampang fotonya dengan orang
lain; bukan mereka berdua lagi. Ia sesungguhnya sadar akan komitmen yang telah
mereka buat namun satu hal yang ia sesali; mengapa semua berganti begitu
singkat? Bangunan komitmen yang awalnya ia rumuskan untuk kebahagiaan bersama,
seakan runtuh tak lama setelah bengunan komitmen itu didirikan.
Nah, teman kita tersebut telah membawa
kita pada sebuah pemahaman tentang arti “melepaskan”. Terlihat bahwa teman kita
ini belum mampu memahami nilai “kerelaan” dalam “melepaskan”. Tentu semua ini
butuh yang namanya pengorbanan dan keberanian, termasuk berani buat sakit hati
atau makan hati. Namun dari semua itu,
kita akan merasa begitu nyaman dan bahagia bila kita dengan mudahnya
“melepaskan”, mungkin saja ceritanya akan berlanjut dengan kisah-kisah bahagia
dalam kehidupannya.
Itulah
yang hendaknya kita miliki; arti terpenting dari melepaskan yaitu “kerelaan”.
Sebab, sesungguhnya segala sesuatu yang ada pada diri kita bukanlah milik kita
secara mutlak, no one has someone;
tak ada seseorangpun memiliki orang lain! Maka kita pun harus siap dan rela
apabila suatu saat nanti hal-hal yang kita sayangi akan pergi dari sisi kita,
termasuk diri kita sendiri loh!
Dengan mampu “melepaskan” kita akan semakin memahami saat penting bersama
orang-orang yang ada di sekitar kita. Dan dengan demikian inilah, kita akan
melihat matahari baru dan menghirup segarnya kehidupan di tiap detik detak
jantung kita. (Ferdian Dwi Prastiyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar